Mereka yang memanggilku "Kentir"
Mereka yang memanggilku "si Mbah"
Mereka yang memanggilku "Pak Ustad"
Selamat untuk apa yang telah kalian capai... 7 tahun tak terasa begitu lama bagi kita... Dan 24 jam yang lalu kalian mengenakan toga sebagai penanda akhir masa perkuliahan kalian... sekali lagi... Selamat kawanku, sahabatku, kakak dan adikku, keluargaku... my best.
Aku sangat bahagia melihat mereka berkeringat di belakang gedung wisuda, dibingungkan oleh jadwal keluarga masing-masing yang tidak bersamaan di tengah hari yang sangat terik. Sungguh itu hari mereka.
Sebuah sabtu siang yang menjadi perayaan mereka itu sungguh sangat berarti bagiku, ini adalah sebuah pencapaianku yang cukup besar dalam hidupku, dapat bertahan di kota ini dengan segala tekanan yang cukup membuatku hampir putus asa menjalani kehidupan yang [ternyata] indah ini demi bersama-sama mengejar harapan mereka. Sungguh aku bahagia melihat mereka bercanda tawa dengan baju besar berwarna biru dan topi aneh dengan tali kuningnya, hingga aku hampir menitikkan air mataku.
Beberapa minggu lalu mereka masih [hampir] putus asa dengan Tugas Akhir mereka di sebuah warung kopi di kota ini, dan aku yang tak pernah menerima kelemahan mereka, hanya bisa memberikan sedikit semangat yang masih aku punya.
Belum lama memang aku mengenal mereka, tak lebih dari 3 tahun aku mengenal mereka, tapi terasa aku mengenalnya sejak bahkan aku tak bisa berjalan. 3 tahun yang penuh dengan warna, senang, bahagia, benci, cinta, suka dan duka terlukis di dalamnya. Sebuah ikatan persahabatan yang sangat indah bagiku. Hingga aku menyebut kota ini HOME
Selesai sudah masa perkuliahan mereka di kampus, berarti juga selesai sudah kewajiban mereka di kota ini. Ya, mereka akan segera kembali ke kota masing-masing pada akhir bulan Juli nanti, dan itu memang sudah keputusan mereka bersama keluarga, sudah sewajarnya memang seperti itu. Mereka akan pulang ke kampung halaman mereka dengan ilmu yang mereka dapatkan selama di kota ini, bukan hanya di kampus, namun terlebih dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai mahasiswa Jogja. Semoga mereka menjadi pribadi yang berguna disana nanti. :)
Mungkin, setelah perpisahan ini, kami tak akan bertemu lagi dalam waktu yang sangat lama, atau bahkan selamanya (aku sangat tak mengharapkan itu), karena jarak kota kami yang sangat jauh. Inilah perasaan yang membuat tiap hari sendiriku menangis. :)
Begitulah aturan kehidupan, ada pertemuan dan ada perpisahan. Semua ini harus terjadi begitu cepat di saat kami semakin dekat sebagai sebuah keluarga kecil. :)
Juli, [mungkin] menjadi bulan terakhir yang tersisa untuk kami, dan masih ada 1 harapanku tersisa yang juga sebuah janjiku ketika lulus kuliah, yaitu mengantarkan mereka ke Semeru dan Sempu. Sudah cukup lama aku merencanakan semua itu, meskipun ternyata saat ini Semeru dalam kondisi meletus, aku sudah memikirkan beberapa alternatif lain untuk "our last trip" yang juga sebagai salam perpisahan bagi kami.
Tak semua berjalan sesuai rencana, ya, itulah yang sering terjadi dalam hidup ini. 14 jam yang lalu salah satu dari mereka mengirimkan pesan yang membuat mood malam tadi berbalik, sebuah pesan yang berisi "Maaf teman, kayaknya aku gak bisa ikutan kalian jalan, aku disuruh pulang bareng keluargaku". Tak ada yang bisa disalahkan, karena memang itu kepentingan pribadi masing-masing, ya setiap mereka juga mempunyai kehidupan sendiri. I'm fine with that. :)
Mungkin karena aku yang terlalu terbawa arus ini dan terlalu menganggap semua ini sangat berharga dalam hidupku, sehingga aku [sengaja] melupakan sejenak kehidupanku di saat kritis untuk semua ini. Tapi ternyata aku tak siap dengan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Mungkin sudah waktunya aku benar-benar membuka mata bahwa mereka sangat berharga, tapi tak berarti hidupku sendiri tak berharga.
Entah apa yang bisa aku perbuat, aku hanya tak siap kehilangan mereka, mereka terlalu berharga untukku.
Aku sangat bahagia melihat mereka berkeringat di belakang gedung wisuda, dibingungkan oleh jadwal keluarga masing-masing yang tidak bersamaan di tengah hari yang sangat terik. Sungguh itu hari mereka.
Sebuah sabtu siang yang menjadi perayaan mereka itu sungguh sangat berarti bagiku, ini adalah sebuah pencapaianku yang cukup besar dalam hidupku, dapat bertahan di kota ini dengan segala tekanan yang cukup membuatku hampir putus asa menjalani kehidupan yang [ternyata] indah ini demi bersama-sama mengejar harapan mereka. Sungguh aku bahagia melihat mereka bercanda tawa dengan baju besar berwarna biru dan topi aneh dengan tali kuningnya, hingga aku hampir menitikkan air mataku.
Beberapa minggu lalu mereka masih [hampir] putus asa dengan Tugas Akhir mereka di sebuah warung kopi di kota ini, dan aku yang tak pernah menerima kelemahan mereka, hanya bisa memberikan sedikit semangat yang masih aku punya.
Belum lama memang aku mengenal mereka, tak lebih dari 3 tahun aku mengenal mereka, tapi terasa aku mengenalnya sejak bahkan aku tak bisa berjalan. 3 tahun yang penuh dengan warna, senang, bahagia, benci, cinta, suka dan duka terlukis di dalamnya. Sebuah ikatan persahabatan yang sangat indah bagiku. Hingga aku menyebut kota ini HOME
Selesai sudah masa perkuliahan mereka di kampus, berarti juga selesai sudah kewajiban mereka di kota ini. Ya, mereka akan segera kembali ke kota masing-masing pada akhir bulan Juli nanti, dan itu memang sudah keputusan mereka bersama keluarga, sudah sewajarnya memang seperti itu. Mereka akan pulang ke kampung halaman mereka dengan ilmu yang mereka dapatkan selama di kota ini, bukan hanya di kampus, namun terlebih dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai mahasiswa Jogja. Semoga mereka menjadi pribadi yang berguna disana nanti. :)
Mungkin, setelah perpisahan ini, kami tak akan bertemu lagi dalam waktu yang sangat lama, atau bahkan selamanya (aku sangat tak mengharapkan itu), karena jarak kota kami yang sangat jauh. Inilah perasaan yang membuat tiap hari sendiriku menangis. :)
Begitulah aturan kehidupan, ada pertemuan dan ada perpisahan. Semua ini harus terjadi begitu cepat di saat kami semakin dekat sebagai sebuah keluarga kecil. :)
Juli, [mungkin] menjadi bulan terakhir yang tersisa untuk kami, dan masih ada 1 harapanku tersisa yang juga sebuah janjiku ketika lulus kuliah, yaitu mengantarkan mereka ke Semeru dan Sempu. Sudah cukup lama aku merencanakan semua itu, meskipun ternyata saat ini Semeru dalam kondisi meletus, aku sudah memikirkan beberapa alternatif lain untuk "our last trip" yang juga sebagai salam perpisahan bagi kami.
Tak semua berjalan sesuai rencana, ya, itulah yang sering terjadi dalam hidup ini. 14 jam yang lalu salah satu dari mereka mengirimkan pesan yang membuat mood malam tadi berbalik, sebuah pesan yang berisi "Maaf teman, kayaknya aku gak bisa ikutan kalian jalan, aku disuruh pulang bareng keluargaku". Tak ada yang bisa disalahkan, karena memang itu kepentingan pribadi masing-masing, ya setiap mereka juga mempunyai kehidupan sendiri. I'm fine with that. :)
Mungkin karena aku yang terlalu terbawa arus ini dan terlalu menganggap semua ini sangat berharga dalam hidupku, sehingga aku [sengaja] melupakan sejenak kehidupanku di saat kritis untuk semua ini. Tapi ternyata aku tak siap dengan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Mungkin sudah waktunya aku benar-benar membuka mata bahwa mereka sangat berharga, tapi tak berarti hidupku sendiri tak berharga.
Entah apa yang bisa aku perbuat, aku hanya tak siap kehilangan mereka, mereka terlalu berharga untukku.